Kota Padang sebagai ibukota sekaligus pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Barat merupakan kota dengan penduduk terpadat dengan wilayah terluas di pesisir barat pulau Sumatera. Di Kota ini berbagai kegiatan ekonomi berjalan dan beranjak meningkat sejak dihantam gempa besar pada tanggal 30 September 2009 dengan kekuatan 7,9 SR.
Sebagai pusat pemerintahan Provinsi, Kota Padang juga dikenal sebagai destinasi bagi masyarakat daerah dan provinsi lain di bidang pendidikan, pariwisata dan perdagangan. Namun semua itu tidak didukung oleh sebuah sistim transportasi umum yang baik dan terpadu.
Jika dirunut ke masa lampau, kota Padang pernah mencapai masa kejayaan transportasi umum darat yang membanggakan, dengan dianugerahkannya Piala Wahana Tatanugraha sebagai lambang terwujudnya sebuah ketertiban lalu lintas yang mumpuni. Disamping itu, Kota Padang mempunyai 2 (dua) buah terminal angkutan umum yang melegenda, yaitu Terminal Goan Hoat di Jalan Muhammad Yamin dan Terminal Lintas Andalas di Jalan Pemuda.
1. Terminal Goan Hoat
Suasana terminal Goan Hoat dekade 1990an
Terminal ini adalah terminalnya angkutan kota dan bus kota yang melayani penumpang dengan rute ke seluruh penjuru Kota Padang. Di terminal inilah dulunya seluruh masyarakat kota Padang maupun yang dari luar kota Padang berganti angkot (Oplet - istilah masyarakat untuk menyebut Angkutan Kota) untuk menuju berbagai pelosok kota seperti : Tabing, Labor, Siteba, Tunggul Hitam, Kuranji, Pauh, Indarung, Gadut, Penggambiran, Teluk Bayur dan bahkan hingga ke daerah Muara Batang Harau dengan menggunakan angkutan Bemo roda tiga.
Bemo Sang "Legend"
Tidak bisa dipungkiri Terminal Goan Hoat ini adalah salah satu penyokong utama roda perekonomian kota Padang karena dekat dengan Pasar Raya sebagai pusat perdagangan. Disamping itu, juga dekat dengan Kantor Balai Kota, berbagai sekolah seperti SMA N 1 Padang, SMP N 2 Padang, SMP Pertiwi, dan juga dekat dengan Stadion sepak bola yang di zaman Perserikatan dan Galatama begitu terkenal yaitu stadion Imam Bonjol.
Suasana Terminal Goan Hoat Suatu Siang Di Dekade 90an
Disamping oplet dan bemo yang keluar masuk di terminal ini, juga terdapat angkutan bus penumpang dalam kota yang dulu bernama Puspa Sari, Patra dan Bus Kota dengan trayek menuju Tabing via Jl. Khatib Sulaiman dan via Jl. Raden Saleh, menuju Kampus Unand Limau Manis, Indarung, dan Teluk Bayur. Juga angkutan ramah lingkungan yang bebas polusi karena memakai tenaga Kuda sebagai penggerak yaitu Bendi.
2. Terminal Lintas Andalas
Terminal Lintas Andalas Dekade 70an
Dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan penumpang di Kota Padang sehingga
tidak tertampung lagi di Terminal Goan Hoat maka dimulailah pengoperasian Terminal Lintas Andalas sebagai terminal angkutan penumpang Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan angkutan penumpang Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) pada
tahun 1972 di bawah pengawasan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya (DLLAJR).
Terminal Lintas Andalas Dekade 80an
Terminal Lintas
Andalas dibangun di jalan Pemuda diatas lahan yang dulunya merupakan kuburan orang-orang Belanda. Lokasi Terminal Lintas Andalas yang berada di pusat kota menjadi lahan
perekonomian baru bagi masyarakat Padang yang bergerak di sektor
informal seperti pedagang, agen penjualan tiket bus, Rumah Makan, penjualan oleh-oleh khas kota Padang yaitu Bingkuang dan berbagai sektor lainnya terutama dibidang jasa serta perdagangan.
Di terminal inilah bertemu dan berpisahnya warga Padang dengan orang-orang tercintanya, sehingga menimbulkan suatu kenangan yang tak terlupa.
Terminal Nasibmu Kini
Sentral Pasar Raya
Namun sayang, sejak awal dekade 2000, terminal - terminal ini dialihfungsikan menjadi pusat perbelanjaan modern dengan nama Sentral Pasar Raya (SPR) untuk terminal Goan Hoat dan Plaza Andalas yang telah berdiri megah di atas lahan bekas Terminal Lintas Andalas, "berkat" kebijakan pemerintah Kota Padang yang saat itu dipimpin oleh Walikota Fauzi Bahar. Hal ini berakibat pada pindahnya para pedagang yang berasal dari berbagai daerah bahkan provinsi tetangga seperti Jambi, Bengkulu, Riau dan Sumatera Utara untuk berbelanja ke kota Bukittinggi. Mereka beralasan bahwa tidak adanya kawasan bongkar muat dengan angkutan kota yang memadai. Fenomena lainnya adalah menjamurnya para PKL dikawasan pasar raya. Para PKL ini dulunya dengan tenang dan nyaman membuka dagangannya disekitar atau disekeliling Terminal Goan Hoat dan Terminal Lintas Andalas.
Plaza Andalas
Begitulah sekelumit kisah tentang Kota Padang yang kini menjadi Satu-satunya Kota Besar di Indonesia yang tak memiliki Terminal, baik itu terminal Angkutan Kota maupun terminal untuk Bus AKAP dan AKDP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar